Rabu, 18 November 2009

Sejarah Kota Ende

KOTA Ende sebagai Distrik Ibukota memegang julukan pemberi identitas dan citra diri. Kota Pancasila, Kota dan Sejarah Kota Pelajar. Keunikan julukan ini menunjukkan bahwa tidak ada duanya di provinsi ini. Julukan sebagai kota Pancasila bukan hanya nama panggilan. Fakta sejarah, Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Sukarno, telah dilemparkan di sana dan menemukan nilai-nilai Pancasila yang pada akhirnya membentuk dasar RI.

Sukarno dihapus oleh pemerintah kolonial pada 13 Januari 1934. Dalam pengasingan selama Bung Karno kesempatan untuk bermeditasi di bawah pohon sukun. Dalam refleksi ini, Bung Karno menemukan nilai-nilai Pancasila.

"Bunga tidak kesepian Pulau kawanan Saya telah menghabiskan waktu dan jam berdjam kontemplasi di bawah sebuah pohon. Ketika tiba inspirasi yang diturunkan oleh Allah tentang lima filsafat hidup dasar, yang sekarang dikenal sebagai Pancasila. Saya tidak mengatakan bahwa Aku sedang menciptakan Pancasila. Apa yang dilakukan hanya menggali tradisi kita jauh ke dasar dan aku keluar dengan lima mutiara indahö (Cidy Adams, 1.966-300).
Seperti FX Soenaryo et al dalam bukunya mengenai sejarah Kota Ende mengatakan bahwa kontemplasi diperoleh butir Pancasila di bawah pohon Sukun Bung Karno di Kota Ende ternyata berdampak besar tidak hanya bagi masyarakat di Kota Ende, tetapi bagi kehidupan rakyat Indonesia. Pancasila gandum yang sampai sekarang telah menjadi dasar dari Republik Indonesia rumusanya dirumuskan dan disampaikan pada pertemuan di Jakarta BPUKI pada 1 Juni 1945. Dengan demikian, 1 Juni, dirayakan sebagai hari kelahiran Pancasila.

Meskipun susunan butir Pancasila diusulkan waktu tidak persis sama dengan yang ditetapkan untuk 18 Agustus 1945, titik umum prinsip-prinsip lama sebelum kemerdekaan - pada waktu pembuangan ke Ende - telah tercermin pada dan ditemukan. Kota Ende citra sebagai kota kelahiran Pancasila tak terbantahkan karena Ir. Seokarno bilang sendiri.

Dan bagaimana dengan citra kota sebagai kota Siswa Ende, dan Kota Sejarah Kota Wisata. Tampaknya ketiga gambar lagi dipertanyakan bahwa walaupun perjalanan waktu telah membuktikan bahwa Kota Ende dikenal sebagai kota pelajar, kota bersejarah dan kota pariwisata.
Penunjukan sebagai kota universitas begitu identik dengan kota Ende karena dalam masa kejayaannya dimulai pada tahun 1970-an hingga awal tahun 2000, Kota Ende selalu dihadiri mahasiswa dari luar daerah. Tapi sekarang, apalagi mendatangkan mahasiswa dari luar daerah, untuk mengurus diri sendiri saja sudah sulit. Lihatlah persentase kelulusan sekolah di kota Ende dalam lima tahun terakhir.
Data yang diperoleh dari Pos Kupang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Ende menjelaskan bahwa untuk tahun 2003-2004 lulusan SMP persentase kelulusan mencapai 86,70 persen. Tahun 2004-2005 tingkat kelulusan turun menjadi 58,87 persen. Tahun 2005-2006 tingkat kelulusan hanya mencapai 36,90 persen. Tahun 2006-2007 tingkat kelulusan mencapai 58,86 persen, dan pada tahun 2007-2008 tingkat kelulusan mencapai 48,25 persen.

Tingkat kelulusan untuk kuartal ketiga tingkat SLTA uang. Pada tahun 2003-2004 mencapai 82 persen kelulusan. Tahun 2004-2005 tingkat kelulusan mencapai 88 persen. Tahun 2005-2006 tingkat kelulusan 56 persen. Tahun 2006-2007 tingkat kelulusan mencapai 59 persen dan tahun 2007-2008 tingkat kelulusan mencapai 61 persen.

Sedangkan untuk kejuruan tingkat kelulusan, tahun 2003-2004 adalah 99 persen. Tahun 2004-2005 mencapai 71 persen. Tahun 2005-2006 mencapai 32 persen. Tahun 2006-2007 mencapai 95 persen dan tahun 2007-2008 tingkat kelulusan mencapai 85 persen.
Dari data yang disajikan, jelas Kota sebagai ikon pendidikan di Flores Ende hidup cerita. Apalagi untuk menjadi ikon pendidikan di Flores, untuk mengurus dirinya sendiri saja sudah sulit.

Dan bagaimana dengan kota sebagai kota sejarah Ende. Kuartal tiga uang dengan citra Kota sebagai kota universitas Ende. Semuanya tinggal kenangan manis. Dan sejarah membuktikan bahwa di masa lalu adalah wilayah ibukota Ende Flores dimulai pada 1950-1958 dengan Bupati, LE Montero.

Bahkan jauh sebelum itu pada saat pemerintahan Belanda, Kota Ende Flores digunakan sebagai penutup adfeeling Maumere, Larantuka, Ngada, Ruteng dan Ende sendiri.
Ende sekarang tepat di belakang dalam hal sejarah dibandingkan dengan kabupaten lain di Flores.

Hal yang paling sederhana sampai sekarang tidak ada yang tahu kapan tepatnya Kabupaten Ende lahir. Hal ini karena tidak pernah ada peringatan kelahiran Kabupaten Ende.
Satu hal lagi, kalau di daerah lain mantan pemimpin mereka dipamerkan di kantor Bupati sebagai bukti pernah memimpin, tetapi sampai sekarang di Kabupaten Ende belum pernah melihat foto seorang bupati atau mantan pemimpin yang dipajang di kantor Bupati. Dan Bung Karno sendiri mengatakan bahwa tidak boleh melupakan sejarah. Namun mantan pemimpin telah membuat sejarah bagi Kabupaten Ende dan tanpa sisi minus plusnya.

Citra kota Ende sebagai kota sejarah mulai menghilang jika tertelan oleh waktu. Jadi, tidak mengherankan bahwa generasi muda yang tidak pernah mengenal mantan pemimpin mereka. Lagi pula, tidak pernah ada hari peringatan yang baik dan kelahiran Kabupaten Ende peringatan hari besar daerah.

Berbagai unik dan berkesan tinggal nama panggilan adalah cinta yang sangat manis jika dibuang. Julukan sebagai Kota Pancasila dapat memudar jika tidak didorong oleh pemerintah dan masyarakat Ende.
sumber: Pos Kupang edisi Minggu, November 16, 2008 halaman 1

0 komentar:

Posting Komentar

 

©2009 ENDE KOTAKU | by TNB